Puruk Cahu, Pewarta Kalteng News— Upaya penanganan stunting di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, menghadapi tantangan besar akibat kondisi geografis dan keterbatasan anggaran. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Murung Raya, Osy, saat ditemui di ruang kerjanya pada Senin (21/4).
Menurut Osy, akurasi data stunting di wilayahnya sangat dipengaruhi oleh cakupan pengumpulan data di lapangan. Ia menyebutkan bahwa data dari Program Pemantauan Balita Gizi dan Makanan (PPBGM) memiliki tingkat presisi tinggi, namun sangat bergantung pada cakupan minimal 80 persen.
“PPBGM memberikan data yang lebih presisi, tetapi validitasnya sangat tergantung pada cakupan minimal 80%. Ini menjadi tantangan tersendiri saat di lapangan,” ujarnya.
Kondisi geografis Murung Raya yang luas—mencapai sekitar 23.700 km²—menjadi kendala signifikan dalam pelaksanaan program. Beberapa desa bahkan hanya dapat diakses setelah dua hari perjalanan, menyulitkan proses pengumpulan data dan intervensi langsung.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Murung Raya menunjukkan penurunan signifikan dari 40,9% pada 2023 menjadi sekitar 21% tahun ini. Sementara itu, berdasarkan data PPBGM, prevalensi stunting berada di angka 12-13%.
“Pernah kami maksimalkan jangkauan untuk PPBGM, tapi prosesnya sangat berat dan penuh perjuangan. Terkendala dana dan luas wilayah, tetapi kita masih dalam zona hijau,” jelas Osy.
Meski menghadapi berbagai rintangan, Dinas Kesehatan Murung Raya tetap menunjukkan komitmen kuat untuk menekan angka stunting. Osy menegaskan bahwa keberhasilan program ini merupakan investasi penting demi mencetak generasi sehat dan berkualitas di masa depan.
“Kami tetap optimis. Ini demi anak-anak Murung Raya, demi masa depan mereka,” tutupnya.
(Dahli)